Sikap
tidak ada hubungan dengan prestasi seseorang. Seseorang boleh sahaja sangat
berhasil dalam hidupnya, meraih prestasi akademik yang sangat mencengangkan,
meraih jabatan tinggi, meraih penghargaan karena keberhasilan dalam suatu
bidang tertentu, namun sikapnya kepada orang lain buruk. Sebaliknya ada
orang-orang sederhana yang tidak memilki apa-apa justru memiliki sikap yang
baik, agung dan sangat dihormati dan dihargai orang lain.
Bagi
orang kristian, sikap kita kepada orang lain tergantung pada sikap kita kepada
Tuhan. Hubungan kita dengan orang lain tergantung kepada hubungan kita dengan
Tuhan. Sikap orang kristiann adalah sikap yang dilandasi kasih, kasih kepada
Tuhan dan kasih kepada sesama manusia. Namun kasih kepada Tuhan mendahului
kasih kita kepada sesama manusia. Mengapa?
Manusia
secara naluriah tidak memiliki kasih yang tulus. Kasih yang berasal dari dalam
manusia lebih cenderung kasih terhadap diri sendiri, kasih kepada keluargannya
sendiri, kelompoknya, atau kasih yang egois. Ketika manusia memiliki relasi
dengan Tuhan, maka Allah yang adalah kasih, mengalirkankan kasihNya ke dalam
diri manusia untuk mengasihi Allah dan meluap ke sesama manusia. Jadi kasih itu
datang dari Tuhan untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi manusia. Tak ada manusia
yang dapat dengan sendirinya mengasihi Tuhan dan sesama manusia, kalau ia tidak
menerima kasih dari Tuhan. Sumber kasih itu adalah Tuhan. Kasih Allah itu
adalah kasih yang kekal, tidak berubah. Allah mengasihi manusia meskipun
manusia itu telah terjerumus kedalam dosa kejahatan kepada Tuhan. Karena
kasihNya kepada manusia, Allah datang mencari dan menyelamatkan manusia,
mengangkat dia keluar dari lobang kebinasaan, menaruh kakinya di atas bukit
batu, menetapkan langkahnya dan memberikan nyanyian baru dalam mulutnya untuk
memuji Allah. Perbuatan Allah dalam diri orang yang sudah diselamatkan itu yang
kemudian menjadi saluran berkat dan saluran kasih bagi orang lain. Perbuatan-perbuatan
Allah dalam diri orang itu yang dilihat dan dirasakan oleh mereka yang belum
diselamatkan sehingga mereka juga mau datang kepada Tuhan (Mazmur 40:3-4).
Kasih
kita kepada Allah membuat kita memuji Allah. Kita memuji Allah karena kita
telah merasakan kasihNya kepada kita, kita yang tadinya tidak layak untuk
dikasihi, sekarang beroleh pengampunan dan kasih yang besar, menjadi anak-anak
Allah, diberkati dengan kelimpahan, diberi kunci untuk mengakses seluruh kuasa
dan inventory yang ada dalam perbendaharaan Allah. Bayangkan anda seorang
pengemis compang-camping, tiba-tiba mendapat belas kasih seorang raja yang
sangat agung, bahkan diangkat menjadi anaknya, ahli warisnya dan menerima kuasa
untuk mengakses apa saja yang dimiliki oleh raja tersebut.
Ketika seseorang
menerima kasih Allah, maka sikapnya juga berubah. Yusuf dijual oleh
saudara-saudaranya dan harus mengalami penderitaan selama 13 tahun sebelum ia
menerima jabatan perdana menteri Mesir. Selama waktu 13 tahun penderitaan, itu
merupakan mimpi buruk bagi Yusuf. Namun belas kasih Tuhan menaungi Yusuf sampai
pada akhirnya ia dipromosikan menjadi perdana menteri. Sikap dia kepada
saudara-saudaranya bukannya membalas dendam, tetapi justru penuh kasih dan
keagungan. Ia malah berkata kepada saudara-saudaranya: Kej 45:5 “... janganlah
bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini,
sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” Itulah
keagungan dalam sikap seseorang yang telah menerima kasih Tuhan. Ia melihat
segala sesuatu dari perspektif rencana Tuhan kepada dirinya bahkan kepada orang
lain untuk menyelamatkan hidup banyak orang. Sikap yang keluar karena mengasihi
Tuhan.
Yusuf
dihargai bukan karena jabatannya yang tinggi, tetapi kerendahan hati dan belas
kasihan yang begitu besar kepada sesama saudaranya maupun orang-orang Mesir.
Saat kelaparan melanda seluruh Mesir, rakyat Mesir datang kepada Firaun, dan
Firaun menyuruh mereka kepada Yusuf. Yusuf tidak menghadapi mereka dengan
kesombongan seorang penguasa yang memiliki kuasa dan makanan bagi orang-orang
yang kelaparan. Tetapi ia membuka lumbungnya sehingga semua orang dapat membeli
dengan bebas dengan harga yang terjangkau, bahkan bukan hanya orang-orang
Mesir, tetapi orang-orang dari seluruh dunia bebas datang membeli gandum di
Mesir. Ini adalah sikap yang penuh belas kasihan kepada sesama manusia tanpa
memandang suku bangsa. Tidak ada kesombongan, tidak ada pertunjukkan kekuasaan
oleh Yusuf.
Ketika
Tuhan ada dalam hati seseorang, maka orang itu diubahNya untuk menjadi saluran
berkat bagi orang lain. Sikap kita sebagai orang kristen harus terpancar dari
kasih kita kepada Allah, dan diberkati untuk menyalurkan kasihNya kepada sesama
kita. Melalui kasih kepada Allah itu, terpancar keagungan kita yang menunjukkan
keagungan Tuhan. Itulah nyanyian baru yang Tuhan taruh dalam mulut kita untuk
memuji namaNya (Mazmur 40:4). Tuhan memberkati anda!
0 comments:
Post a Comment