Tuesday 2 September 2014

Sikap seseorang menunjukkan jati dirinya, siapa dia yang sebenarnya. Sikap seseorang bukan tampilan luar orang itu, bukan postur, bukan perawakan ganteng atau cantik, bukan juga sekedar perbuatan-perbuatan yang bersifat ‘make up”, mengambil hati orang lain untuk dihargai, tetapi “inner beauty”, keagungan hati, yang tampil keluar dari roh orang itu, apa adanya.

Sikap tidak ada hubungan dengan prestasi seseorang. Seseorang boleh sahaja sangat berhasil dalam hidupnya, meraih prestasi akademik yang sangat mencengangkan, meraih jabatan tinggi, meraih penghargaan karena keberhasilan dalam suatu bidang tertentu, namun sikapnya kepada orang lain buruk. Sebaliknya ada orang-orang sederhana yang tidak memilki apa-apa justru memiliki sikap yang baik, agung dan sangat dihormati dan dihargai orang lain.

Bagi orang kristian, sikap kita kepada orang lain tergantung pada sikap kita kepada Tuhan. Hubungan kita dengan orang lain tergantung kepada hubungan kita dengan Tuhan. Sikap orang kristiann adalah sikap yang dilandasi kasih, kasih kepada Tuhan dan kasih kepada sesama manusia. Namun kasih kepada Tuhan mendahului kasih kita kepada sesama manusia. Mengapa?
Manusia secara naluriah tidak memiliki kasih yang tulus. Kasih yang berasal dari dalam manusia lebih cenderung kasih terhadap diri sendiri, kasih kepada keluargannya sendiri, kelompoknya, atau kasih yang egois. Ketika manusia memiliki relasi dengan Tuhan, maka Allah yang adalah kasih, mengalirkankan kasihNya ke dalam diri manusia untuk mengasihi Allah dan meluap ke sesama manusia. Jadi kasih itu datang dari Tuhan untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi manusia. Tak ada manusia yang dapat dengan sendirinya mengasihi Tuhan dan sesama manusia, kalau ia tidak menerima kasih dari Tuhan. Sumber kasih itu adalah Tuhan. Kasih Allah itu adalah kasih yang kekal, tidak berubah. Allah mengasihi manusia meskipun manusia itu telah terjerumus kedalam dosa kejahatan kepada Tuhan. Karena kasihNya kepada manusia, Allah datang mencari dan menyelamatkan manusia, mengangkat dia keluar dari lobang kebinasaan, menaruh kakinya di atas bukit batu, menetapkan langkahnya dan memberikan nyanyian baru dalam mulutnya untuk memuji Allah. Perbuatan Allah dalam diri orang yang sudah diselamatkan itu yang kemudian menjadi saluran berkat dan saluran kasih bagi orang lain. Perbuatan-perbuatan Allah dalam diri orang itu yang dilihat dan dirasakan oleh mereka yang belum diselamatkan sehingga mereka juga mau datang kepada Tuhan (Mazmur 40:3-4).
Kasih kita kepada Allah membuat kita memuji Allah. Kita memuji Allah karena kita telah merasakan kasihNya kepada kita, kita yang tadinya tidak layak untuk dikasihi, sekarang beroleh pengampunan dan kasih yang besar, menjadi anak-anak Allah, diberkati dengan kelimpahan, diberi kunci untuk mengakses seluruh kuasa dan inventory yang ada dalam perbendaharaan Allah. Bayangkan anda seorang pengemis compang-camping, tiba-tiba mendapat belas kasih seorang raja yang sangat agung, bahkan diangkat menjadi anaknya, ahli warisnya dan menerima kuasa untuk mengakses apa saja yang dimiliki oleh raja tersebut.
Ketika seseorang menerima kasih Allah, maka sikapnya juga berubah. Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya dan harus mengalami penderitaan selama 13 tahun sebelum ia menerima jabatan perdana menteri Mesir. Selama waktu 13 tahun penderitaan, itu merupakan mimpi buruk bagi Yusuf. Namun belas kasih Tuhan menaungi Yusuf sampai pada akhirnya ia dipromosikan menjadi perdana menteri. Sikap dia kepada saudara-saudaranya bukannya membalas dendam, tetapi justru penuh kasih dan keagungan. Ia malah berkata kepada saudara-saudaranya: Kej 45:5 “... janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.” Itulah keagungan dalam sikap seseorang yang telah menerima kasih Tuhan. Ia melihat segala sesuatu dari perspektif rencana Tuhan kepada dirinya bahkan kepada orang lain untuk menyelamatkan hidup banyak orang. Sikap yang keluar karena mengasihi Tuhan.
Yusuf dihargai bukan karena jabatannya yang tinggi, tetapi kerendahan hati dan belas kasihan yang begitu besar kepada sesama saudaranya maupun orang-orang Mesir. Saat kelaparan melanda seluruh Mesir, rakyat Mesir datang kepada Firaun, dan Firaun menyuruh mereka kepada Yusuf. Yusuf tidak menghadapi mereka dengan kesombongan seorang penguasa yang memiliki kuasa dan makanan bagi orang-orang yang kelaparan. Tetapi ia membuka lumbungnya sehingga semua orang dapat membeli dengan bebas dengan harga yang terjangkau, bahkan bukan hanya orang-orang Mesir, tetapi orang-orang dari seluruh dunia bebas datang membeli gandum di Mesir. Ini adalah sikap yang penuh belas kasihan kepada sesama manusia tanpa memandang suku bangsa. Tidak ada kesombongan, tidak ada pertunjukkan kekuasaan oleh Yusuf.
Ketika Tuhan ada dalam hati seseorang, maka orang itu diubahNya untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain. Sikap kita sebagai orang kristen harus terpancar dari kasih kita kepada Allah, dan diberkati untuk menyalurkan kasihNya kepada sesama kita. Melalui kasih kepada Allah itu, terpancar keagungan kita yang menunjukkan keagungan Tuhan. Itulah nyanyian baru yang Tuhan taruh dalam mulut kita untuk memuji namaNya (Mazmur 40:4). Tuhan memberkati anda!

0 comments:

Post a Comment

Pilihan Pembaca

Lazada Malaysia
Lazada Malaysia